1. Asal Mula Penggunaan Salib
Sekarang ini hampir semua gereja menggunakan salib sebagai lambang Kristus. Tetapi salib telah digunakan sebagai sebuah simbol agama paganisme sebelum penyaliban Kristus. Kita akan memastikan benar atau tidak menggunakan salib di dalam gereja melalui Alkitab.
Pada zaman dahulu, Babilonia kuno telah menggunakan salib untuk penyembahan raja mereka, Tamus (Tammuz). “T” merupakan huruf pertama dari Tamus dan ditemukan dalam pakaian para imam dan juga digunakan sebagai jimat di hati. Jadi salib adalah sebuah lambang agama yang digunakan oleh paganisme.
Kemudian itu, sejalan dengan meluasnya kebudayaan kerajaan Babilonia, demikian pula salib yang adalah lambang tuhannya Babilonia diperkenalkan sampai masuk agama Mesir. Monumen dan lukisan-lukisan dinding pada kuil Mesir kuno kita dapat melihat ada salib di tangan para raja dan tuhan-tuhan mereka. Dan pada barang peninggalan Amenophis IV ditemukan banyak sekali salib tergantung disekeliling matahari. Dan pada pahatan monumen bangsa Asiria ditemukan salib bergantungan di sekitar leher para prajurit yang berperang melawan bangsa Mesir, dan kita juga dapat melihat salib tergantung di sekitar leher para raja Asiria. Dengan demikian, salib telah lama digunakan sebagai hiasan bagian luar pakaian sekitar tahun 1400 SM.
Orang Roma juga menggunakan salib sebagai alat penyembahan sebelum budaya mereka berkembang, dan mereka menaruhnya di atas kubur sebagai jimat pelindung. Penuhanan salib ini masih terus berlanjut sesudah zaman kekaisaran Roma berdiri. Di uang koin Roma yang dibuat tahun 46 SM kita dapat melihat gambar Jupiter sedang memegang tongkat kerajaan yang ujungnya ada salib.
Salib yang menjadi sangat populer dikenal sebagai “Salib di Golgota” juga dapat ditemukan di atas batu nisan di wilayah Tessalia, Yunani.
Dengan mereferensikan bukti-bukti sejarah tersebut di atas, jelas salib telah disembah oleh para penganut agama pagan sebagai simbol agama jauh sebelum era kekristenan muncul. Di samping itu, salib telah digunakan sebagai alat utama untuk menjatuhkan hukuman mati, dan pada zaman Roma, salib ditetapkan sebagai alat hukuman mati sampai mati menyalibkan Yesus. Pada masa itu, hukuman penyaliban digunakan kepada penjahat, jadi kita dapat memahami betapa mereka membenci Yesus. Zaman sekarang ini, kebanyakan gereja menggunakan salib, jadi kita dapat memperkirakan betapa bobroknya kekristenan yang menyerap pengaruh paganisme. Menggunakan salib sebagai lambang gereja adalah suatu tindakan menjijikkan yang keji bahwa mereka ikut serta dalam rencana Setan yang menyalibkan Yesus hingga mati.
2. Penggunaan Salib
Di antara orang Katolik yang menganggap salib sebagai alat penyembahan dan orang Protestan yang menggunakan salib sebagai lambang Kristus, banyak pula yang salah mengira bahwa salib telah digunakan sejak zaman Gereja Awal. Akan tetapi kita tidak dapat menemukan satu catatan pun yang menyatakan bahwa salib diciptakan untuk gereja atau sebagai hiasan di gereja. Dalam catatan sejarah, salib didirikan pertama kali di dalam kapel atau kamar doa pada tahun 431 M, dan dipasang di atap gereja pada tahun 568 M. Dengan demikian, pemasangan salib sebagai bentuk budaya agamawi terjadi setelah kekristenan menyerap pengaruh paganisme.
Kita harus mengerti dengan benar arti dari salib yang tertulis di dalam Perjanjian Baru. Alkitab tidak pernah mengatakan kita untuk memegahkan salib itu sendiri di mana Kristus disalibkan, akan tetapi terima kasih kepada Kristus itu sendiri yang mengorbankan diri-Nya di kayu salib, dengan menumpahkan darah-Nya untuk menebus dosa-dosa kita.
Gal 6:14 『Tetapi aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus, sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia.』
1 Kor 1:17-23 『dan itu pun bukan dengan hikmat perkataan, supaya salib Kristus jangan menjadi sia-sia. Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah… tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan.』
Salib itu sendiri tidak mempunyai kuasa menyelamatkan. Tidak penting apa alat Yesus dikorbankan, yang penting hanyalah darah Yesus yang mahal yang berkuasa mengampuni dos-dosa kita.
Ef 1:7 『Sebab di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kasih karunia-Nya.』
Beberapa orang memegahkan salib dan berkata, “Tanpa salib, tidak akan pernah ada darah yang dicurahkan, tidak akan ada penebusan dosa untuk keselamatan, dan tidak akan ada penggenapan nubuat bahwa Yesus akan dikorbankan sebagai domba Paskah. Oleh karena itu salib di mana Yesus menumpahkan darah-Nya yang mahal adalah kebanggaan bagi orang Kristen dan sebuah lambang iman.”
Kalau pendapat tersebut benar, mereka juga akan mengikuti logika yang salah ini; jikalau tidak ada orang Yahudi dan orang seperti Yudas Iskariot yang mengkhianati Yesus, atau Pilatus yang menghukum Yesus sampai disalibkan, nubuat tentang Yesus menumpahkan darah-Nya yang mahal tidak akan pernah digenapi. Oleh karena itu mereka ini pun harus dihormati karena telah berusaha untuk penggenapan nubuat Tuhan dan harus menjadi lambang keselamatan juga beserta salib, bukan? Tetapi mengenai Yudas Iskariot, Yesus telah berkata sebagai berikut;
Mrk 14:21 『Anak manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia, akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan! Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya tidak dilahirkan.』
Salib adalah semata-mata kayu yang terkutuk (Gal 3:13) yang digunakan sebagai alat pembunuhan di Roma, dan orang-orang yang menggantung Yesus di tiang itu akan disiksa di dalam api neraka yang kekal.
3. Pandangan dari Alkitab Mengenai Penggunaan Salib
Memang sudah dinubuatkan di dalam Kitab Hukum Taurat bahwa salib akan digunakan secara luas di gereja-gereja setelah peristiwa penyaliban Kristus.
Dahulu kala, bangsa Israel yang dipimpin Musa mengembara di padang gurun mengelilingi tanah Edom. Akan tetapi orang Israel menggerutu dan tidak sabar melewati jalan tersebut. Mereka bersungut-sungut melawan Musa. Murka Tuhan turun ke atas mereka. Tuhan mengirim ular-ular tedung untuk memagut orang-orang Israel dan banyak yang mati. Lalu Tuhan memerintahkan Musa untuk membuat sebuah ular dari tembaga dan menaruhnya pada tiang untuk menyelamatkan mereka yang dipagut ular.
Bil 21:8-9 『Maka berfirmanlah TUHAN kepada Musa: “Buatlah ular tedung dan taruhlah itu pada sebuah tiang, maka setiap orang yang terpagut, jika ia melihatnya, akan hidup.” Lalu Musa membuat ular tembaga dan menaruhnya pada sebuah tiang; maka jika seseorang dipagut ular, dan ia memandang kepada ular tembaga itu, tetaplah ia hidup.』
Kuasa untuk menyelamatkan orag Israel bukan di dalam ular itu, tetapi di dalam Tuhan yang berjanji, “Setiap orang yang terpagut, jika ia melihatnya, akan hidup.” Namun bangsa Israel membakar korban persembahan bagi ular tembaga tersebut sampai masa pemerintahan Raja Hizkia, dan mereka jatuh ke dalam kepercayaan yang salah, yaitu mengira bahwa ular tembaga tersebutlah yang telah menyelamatkan mereka.
2 Raj 18:4 『Dialah yang menjauhkan bukit-bukit pengorbanan dan yang meremukkan tugu-tugu berhala dan yang menebang tiang-tiang berhala dan yang menghancurkan ular tembaga yang dibuat Musa, sebab sampai masa itu orang Israel memang masih membakar korban bagi ular itu yang namanya disebut Nehustan.』* Nehustan artinya sepotong tembaga.
Sejarah bahwa bangsa Israel yang dipagut oleh ular tersebut dapat tetap hidup dengan melihat ular tembaga pada tiang itu, menjadi bayangan yang menunjukkan bahwa roh manusia yang sekarat karena ditipu oleh Setan akan hidup dengan melihat Yesus Kristus yang menumpahkan darah-Nya yang mahal di atas salib (oleh darah pengorbanan-Nya).
Yoh 3:14-15 『Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.』
Sama seperti ular tembaga tidak mempunyai kuasa untuk memberi hidup, demikian pula salib itu sendiri di mana Yesus mati tidak mempunyai kuasa untuk memberikan kita hidup. Kita diselamatkan hanya oleh firman Tuhan bahwa kita dapat hidup dengan darah Kristus yang mahal. Oleh karena itu perbuatan kekejian yang telah dilakukan oleh bangsa Israel, yakni membakar korban persembahan bagi ular tembaga kira-kira selama 1.000 tahun setelah masa Musa itu, adalah bayangan yang menunjukkan bahwa orang-orang zaman Perjanjian Baru akan menyembah kayu salib yang hanyalah alat untuk menghukum Yesus dan melupakan kuasa darah Yesus yang mahal itu, yaitu hari Paskah.
Kita tidak boleh membuat patung dalam bentuk apa pun untuk menyembah Tuhan karena Tuhan adalah Roh. Hukum kudus dari perjanjian barulah cara satu-satunya untuk menyembah Tuhan dan itulah lambang dari kasih karunia untuk keselamatan.
Ul 27:15 『Terkutuklah orang yang membuat patung pahatan atau patung tuangan, suatu kekejian bagi TUHAN, buatan tangan seorang tukang, dan yang mendirikannya dengan tersembunyi. Dan seluruh bangsa itu haruslah menjawab: Amin!』
Yer 10:3-5 『Sebab yang disegani bangsa-bangsa adalah kesia-siaan. Bukankah berhala itu pohon kayu yang ditebang orang dari hutan, yang dikerjakan dengan pahat oleh tangan tukang kayu? Orang memperindahnya dengan emas dan perak; orang memperkuatnya dengan paku dan palu, supaya jangan goyang. Berhala itu sama seperti orang-orangan di kebun mentimun, tidak dapat berbicara; orang harus mengangkatnya, sebab tidak dapat melangkah. Janganlah takut kepadanya, sebab berhala itu tidak dapat berbuat jahat, dan berbuat baik pun tidak dapat.』
Kita harus mengetahui bahwa salib hanyalah berhala yang tidak dapat memberikan kita keselamatan, hanyalah sebatang pohon yang ditebang dari hutan dan dibentuk oleh tukang kayu dengan alat pemahatnya.
4. Penyembahan Patung Maria
Gereja Katolik menghormati Maria sebagai Ibu Yesus, memanggil Maria “Ibunya Tuhan” dan mereka berlutut untuk berdoa di depan patung Maria. Dari luar, hal tersebut suatu ajaran yang baik yang mengajarkan sikap baik pada orang tua, akan tetapi di dalamnya tersembunyi penipuan iblis yang menggunakan mentalitas manusia.
Mat 12:46-50 『Ketika Yesus masih berbicara dengan orang banyak itu, ibu-Nya dan saudara-saudara-Nya berdiri di luar dan berusaha menemui Dia. Maka seorang berkata kepada-Nya: “Lihatlah, ibu-Mu dan saudara-saudara-Mu ada di luar dan berusaha menemui Engkau.” Tetapi jawab Yesus kepada orang yang menyampaikan berita itu kepada-Nya: “Siapa ibu-Ku? Dan siapa saudara-saudara-Ku?” Lalu kata-Nya, sambil menunjuk ke arah murid-murid-Nya: “Ini ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku! Sebab siapapun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di sorga, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku.”』
Yesus telah memilih seorang perempuan bernama Maria dari antara segala makhluk yang telah Ia ciptakan untuk datang ke bumi ini sebagi manusia. Tidaklah sesuai dengan ajaran Alkitab menyembah seorang perempuan yang hanyalah makhluk ciptaan biasa dengan perkataan bahwa dia adalah ibunya Tuhan Sang pencipta, karena dia melahirkan-Nya. Sebenarnya, penyembahan Gereja Katolik terhadap patung Maria berasal dari agama Babilonia kuno, bukan dari Gereja Awal.
Di Babilonia ada seorang raja yang berkuasa bernama Nimrod (Kej 10:8). Istrinya bernama Semiramis. Karena pengaruh posisi suaminya yang besar dia juga berkuasa besar. Ketika Nimrod meninggal, Semiramis menuntut bahwa suaminya menjadi dewa matahari dan menamai putranya “Tamus” dengan mengumumkan dia adalah Nimrod yang lahir kembali. Dia mempengaruhi rakyatnya untuk menyembah dia dan anaknya. Di bawah pengaruh dari agama Babilonia, gambar dari Semiramis yang menggendong anaknya Tamus dibuat dan sekarang ditemukan dari antara barang-barang peninggalan.
Penyembahan terhadap ibu dan anak disebarkan sampai pada kebanyakan bangsa kuno yang berada di bawah pengaruh agama Babilonia. Di Jerman ditemukan Dewi Hertha menggendong anaknya di pangkuannya, dan di India terdapat suatu barang peninggalan yang menunjukkan Dewi Indriani dengan anak di pangkuannya. Di Mesir, dewi yang dikenal dengan nama “Isis” dan anaknya bernama “Horus,” ada banyak sekali patung-patung dan gambar-gambar Isis menggendong bayinya Horus di lututnya.
Kebiasaan penyembahan berhala kuno ini tersebar sampai ke Roma dan menjadi lazim secara luas. Kebiasaan penganut penyembah berhala seperti itu kemudian digabungkan dengan kekristenan mula-mula dan berubah menjadi penyembahan Maria sedang memegang bayi Yesus. Dengan demikian penyembahan Maria di Gereja Katolik berasal dari penyembahan berhala, bukanlah dari Alkitab.
Im 26:1 『Janganlah kamu membuat berhala bagimu, dan patung atau tugu berhala janganlah kamu dirikan bagimu; juga batu berukir janganlah kamu tempatkan di negerimu untuk sujud menyembah kepadanya.』
Ul 27:15 『Terkutuklah orang yang membuat patung pahatan atau patung tuangan, suatu kekejian bagi TUHAN, buatan tangan seorang tukang, dan yang mendirikannya dengan tersembunyi.』
Sesuai ajaran Alkitab, patung-patung pahatan Maria adalah berhala, siapa pun yang mendirikan dan menyembahnya akan dikutuk selama-lamanya oleh Tuhan dan tidak akan dapat memasuki kerajaan sorga.