Bagi orang Kristen sejati yang ingin hidup dalam iman dan mengarahkan pandangannya pada kerajaan sorga, ada suatu perintah Tuhan yang sangat penting. Itulah hari ketujuh Sabat. Sekarang ini, banyak orang yang berkata, “Kami percaya kepada Tuhan dan mengikuti ajaran-Nya dalam Alkitab.” Tetapi sebenarnya mereka melakukan kesalahan, memalingkan muka dari kebenaran Alkitab, bahkan tidak tahu hari Sabat itu hari apa.
Tuhan itu kudus dan suci. Dia mengasihi kita. Dia tidak menghematkan usaha, dan mengorbankan diri-Nya demi menyelamatkan kita. Perintah Tuhan yang diberikan kepada manusia adalah buah tanda cinta-Nya pada kita, bukankah demikian? Menolak dan melanggar perintah Tuhan yang kekal sama dengan menyangkal Tuhan itu sendiri. Iblis selalu menipu jiwa kita untuk melawan Tuhan. Dia menuntut ajaran-ajaran yang berlawanan dengan Alkitab, dan memperlihatkan kekuasaan manusia, tradisi dan adat istiadat manusia, serta membuat tradisi manusia lebih tinggi daripada firman Tuhan. Dengan alasan ini, orang Kristen sejati yang mengikuti firman Tuhan kadang-kadang dianggap sebagai kelompok jahat.
Mereka yang mengasihi Tuhan mengasihi juga perintah-perintah-Nya (Yoh 14:15). Zaman ini adalah zaman kegelapan yang menolak kebenaran. Akan tetapi kita sepenuhnya percaya bahwa terang kebenaran sejati akan mengalahkan kegelapan, sama seperti Tuhan tidak akan pernah memadamkan lampu-Nya dari keturunan Daud. Di antara banyak kebenaran yang menyingkapkan identitas Setan yang asli, pertama-tama mari kita pelajari Sabat: asal-usul, berkat yang diberikan saat menguduskannya, dan kutuk yang disebabkan oleh karena melanggarnya. Dan marilah kita menikmati kebahagiaan karena menjadi satu dengan Tuhan sambil merayakan kebenaran yang berharga ini yang diajarkan oleh Tuhan.
1. Asal Mula Sabat
Sabat adalah hari peristirahatan. Pada mulanya Tuhan telah menciptakan langit dan bumi dan segala isinya dalam enam hari, dan pada hari ketujuh Dia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan. Dan Tuhan memberkati hari ketujuh dan membuat itu kudus sebagai sebuah peringatan atas kuasa Sang Pencipta (Kej 2:1-3).
Jadi Sabat dimulai bersama dengan penciptaan alam semesta yang di dalamnya tersembunyi janji Tuhan yang sangat berharga yaitu peristirahatan Tuhan yang kekal yang sudah dipersiapkan bagi orang yang diselamatkan; mereka akan memasuki peristirahatan yang kekal ketika segala kehendak Tuhan telah digenapi di bumi dengan sempurna.
Agar kita memasuki peristirahatan yang kekal yang kita harapkan, kita harus merayakan Sabat dengan kudus sebagai lambang peristirahatan yang kekal (Kel 20:8).
2. Sabat Sesuai Dengan Alkitab Adalah Hari Sabtu, Bukan Hari Minggu
Hari ketujuh hari di mana Tuhan berhenti dari pekerjaan penciptaan adalah hari Sabtu. Zaman sekarang banyak gereja yang beribadah pada hari Minggu, salah mengakui hari Minggu adalah Sabat. Tetapi melalui Alkitab atau bukti sejarah, kita akan melihat bahwa hari Sabat yang diperintahkan Tuhan adalah hari Sabtu, bukan hari Minggu.
Untuk membuktikan kebenaran ini, pertama-tama kita harus tahu bahwa hari kebangkitan Yesus adalah hari Minggu. Hal tersebut telah dibuktikan oleh kesaksian sejarah.
1) Bukti di dalam Alkitab
Penginjil Markus telah bersaksi dengan jelas bahwa Sabat adalah hari Sabtu melalui kitab Injil.
Mrk 16:9 『Setelah Yesus bangkit pagi-pagi hari pertama minggu itu, Ia mula-mula menampakkan diri-Nya kepada Maria Magdalena…』 Dan di Alkitab dalam Bahasa Indonesia Masa Kini tertulis: “Setelah Yesus bangkit dari mati pagi-pagi pada hari Minggu, Dia mula-mula memperlihatkan diri kepada Maria Magdalena…” (Mrk 16:9, BIMK)
Seperti yang kita lihat di atas, “hari pertama minggu itu” dan “hari Minggu” adalah hari yang sama. Karena hari pertama adalah hari Minggu, hari Sabat adalah hari Sabtu. Oleh karena itu, kita bisa yakin bahwa hari Sabat alkitabiah bukanlah hari Minggu, tetapi hari Sabtu.
Lukas si penginjil juga dengan jelas menulis bahwa “kebangkitan Yesus” terjadi pada hari pertama minggu itu.
Luk 24:1-8 『Tetapi pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu mereka pergi ke kubur membawa rempah-rempah yang telah disediakan mereka. Mereka mendapati batu sudah terguling dari kubur itu, dan setelah masuk mereka tidak menemukan mayat Tuhan Yesus… Ia tidak ada di sini. Ia telah bangkit.』
Dalam Today’s English Version, “hari pertama minggu itu” dijelaskan sebagai Sunday ‘hari Minggu.’ Dan di Alkitab dalam Bahasa Indonesia Masa Kini tertulis seperti berikut.
“Very early on Sunday morning” (Luk 24:1, TEV)
“Pagi-pagi pada hari Minggu” (Luk 24:1, BIMK)
Oleh karena itu jelas terbukti bahwa menurut Alkitab hari Sabat adalah hari Sabtu, bukan hari Minggu.
2) Bukti-bukti dari sejarah kekristenan
Di seluruh dunia terdapat begitu banyak gereja yang beribadah pada hari Minggu. Di antara gereja-gereja tersebut, Gereja Katolik telah mengakui bahwa hari Sabat adalah hari Sabtu, bukan hari Minggu. Dan dalam beberapa buku Protestan menunjukkan bahwa hari Minggu disahkan sebagai hari penyembahan dan hari libur umum oleh Konstantinus kaisar Roma pada tahun 321 M. Mari kita menegaskan kebenaran ini melalui bukti-bukti sejarah, supaya kita dapat membedakan kebenaran dan mengikutinya.
“Tidak perlu lagi menyebut contoh-contoh lain, apakah setiap orang Kristen tidak wajib untuk menguduskan hari Minggu sambil tidak bekerja? Dan apakah itu bukan sebagai kewajiban paling penting di antara hukum? Tetapi anda dapat membaca Alkitab dari Kejadian sampai Wahyu dan tidak akan menemukan satu pertanyaan pun tentang penyucian hari Minggu. Alkitab menekankan bahwa ibadah agama adalah hari Sabtu yang tidak pernah kami kuduskan.”
“Akan tetapi mungkin bukti yang paling penting dari kebijakan ini adalah dekrit 321 yaitu peraturan ibadah Minggu. Peraturan ini menjadikan Hari Tuhan disamakan derajatnya dengan ibadah penyembahan berhala dan menandainya dengan berhenti bekerja. Ini penting untuk diperhatikan, akan tetapi, hari itu dijelaskan bukan dengan sebutan Kristen akan tetapi dengan cara yang sederhana yaitu hari pemujaan matahari dan tidak ada penyembah berhala yang menentang itu.”
Dengan demikian, Gereja Protestan, pecahan dari Gereja Katolik, lebih mengetahui sejarah dengan baik bahwa ibadah hari Minggu tidak sesuai dengan Alkitab. Meskipun demikian, mereka tetap bersikeras itu berdasarkan Alkitab. Sebuah buku Katolik berjudul, “The Faith of Millions” mengatakan, bahwa hari Minggu adalah peraturan dari Gereja Katolik, tetapi Gereja Protestan tetap ikut merayakan ibadah pada hari Minggu yang adalah adat istiadat Gereja Katolik, sekalipun Protestan menuntut reformasi agama untuk menyingkapkan kesalahan dan kerusakan dari Gereja Katolik. Oleh karena itu kelakuan Protestan tidak tetap.
“Tetapi karena hari Sabtu, bukan hari Minggu, ditetapkan dalam Alkitab, tidakkah aneh rasanya melihat bahwa non-Katolik yang mengaku mengambil agama mereka langsung dari Alkitab dan bukan dari Gereja Katolik juga memelihara hari Minggu dan bukan hari Sabtu? Ya, pasti tidak tetap; tetapi perubahan ini dibuat kira-kira lima belas abad sebelum aliran Protestan lahir. Pada waktu lahirnya Protestan kebiasaan itu sudah menyeluruh di bumi ini. Mereka (Protestan) melanjutkan kebiasaan hari Minggu sekalipun hanya berdasarkan atas kekuasaan Gereja Katolik dan bukan atas ayat Alkitab. Pemeliharaan hari Minggu itu menjadi suatu kenangan yang mengingatkan ibu gereja dari mana sekte-sekte non-Katolik berasal, ibarat seorang anak lari meninggalkan rumah tetapi masih mengantongi potret ibunya atau jepitan rambut ibunya.”
3) Bukti-bukti dari ucapan sehari-hari
Ada banyak bukti lain yang mendukung bahwa hari Sabat harus dikuduskan pada hari Sabtu sebagai perintah Tuhan. Melalui kehidupan sehari-hari pun, kita dapat melihat dengan mudah hari apa hari ketujuh itu.
Pertama-tama, mari kita lihat kata “akhir pekan,” yang artinya “akhir minggu”—hari ketujuh. Seperti yang anda tahu, akhir pekan ialah hari Sabtu, bukan hari Minggu. Oleh karena itu kita hidup dengan mengakui hari ketujuh adalah hari Sabtu dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu, ketika kita mencari kata “Minggu” dalam kamus, itu berarti hari pertama dalam jangka waktu satu minggu, dan kata “Sabtu” berarti hari ke-7 dalam jangka waktu satu minggu.
Ada seorang berkata bahwa sesungguhnya kebenaran itu ada dekat kita, tidak jauh. Dalam kehidupan sehari-hari kita, kita dengan mudah dapat menjelaskan bahwa hari ketujuh Sabat itu adalah hari Sabtu. Akan tetapi kebanyakan orang salah menyebut hari Minggu adalah hari Sabat dan menaatinya, karena Setan sudah membutakan pikiran mereka melalui berbagai penipuan sehingga mereka tidak dapat menemukan kebenaran. Sekarang, kita harus bertobat dari segala kesalahan yang kita lakukan di masa yang lalu dan mengikuti kebenaran dalam firman Tuhan. Dengan melakukan ini, kita harus menjalani hidup dilahirkan kembali.
3. Kehendak Tuhan untuk Hari Sabat
Sabat adalah hari yang kudus dan diberkati untuk memperingati kuasa Sang Pencipta yang agung. Secara rohaniah hari itu adalah hari yang kudus, maka Tuhan telah membuat itu sebagai sebuah tanda abadi antara Dia dan umat-Nya, supaya mereka bisa tahu bahwa Dia adalah Tuhan yang menguduskan mereka.
Kel 31:13-14 『… Akan tetapi hari-hari Sabat-Ku harus kamu pelihara, sebab itulah peringatan antara Aku dan kamu, turun-temurun, sehingga kamu mengetahui, bahwa Akulah TUHAN, yang menguduskan kamu. Haruslah kamu pelihara hari Sabat, sebab itulah hari kudus bagimu; siapa yang melanggar kekudusan hari Sabat itu, pastilah ia dihukum mati…』
Begitu besarnya Tuhan menghargai dan mengasihi Sabat! Tuhan sendiri menulis firman ini, “Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat” (Kel 20:8) dalam loh batu sebagai perintah yang keempat dari Kesepuluh Firman. Dan Tuhan menjelaskan inti dari hari Sabat melalui firman-Nya, “Siapa yang melanggar kekudusan hari Sabat itu, pastilah dihukum mati” (Kel 31:14).
Dengan demikian, hari Sabat adalah perintah yang mutlak yang dapat menyebabkan seseorang yang menajiskannya dihukum mati. Dan dalam perintah hari Sabat juga mengandung kasih Tuhan yang melimpah dan karunia-Nya yang agung. Tuhan masih menciptakan kita sehingga kita akan dibuat kudus dan menjadi ciptaan baru di dalam Kristus (2 Kor 5:17). Tuhan tidak menghematkan apa pun untuk kita hingga Dia meneteskan air mata. Dia tidak pernah berhenti bekerja untuk kita sementara kita bahkan tidur malam. Untuk kita memasuki peristirahatan yang kekal di sorga, Tuhan telah memerintahkan kita, “Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat.”
Ini bukanlah suatu perintah yang memaksa. Sama seperti orang tua memberikan anak-anaknya makanan yang bergizi untuk menjaga mereka tetap sehat. Tuhan sudah memberikan hari Sabat kepada anak-anak-Nya yang lemah untuk mencurahkan berkat sorgawi ke atas mereka. Siapa yang dapat menolak perintah Tuhan untuk memelihara hari Sabat? Mereka yang berani menolak itu akan dihakimi Tuhan, dan mereka yang mengajarkan ajaran yang salah kepada orang untuk tidak perlu memelihara Sabat juga tidak akan dilepaskan dari penghakiman Tuhan di neraka.
Kita mengasihi Tuhan, maka sama kita mencintai baik firman-Nya juga. Mari kita lebih memperhatikan ajaran-Nya tentang hari Sabat yang diberikan dengan suara yang bermurah hati.
Yes 56:1-7 『Beginilah firman TUHAN: Taatilah hukum dan tegakkanlah keadilan, sebab sebentar lagi akan datang keselamatan yang dari pada-Ku, dan keadilan-Ku akan dinyatakan. Berbahagialah orang yang melakukannya, dan anak manusia yang berpegang kepadanya: yang memelihara hari Sabat dan tidak menajiskannya, dan menahan diri dari setiap perbuatan jahat… Dan orang-orang asing yang menggabungkan diri kepada TUHAN untuk melayani Dia, untuk mengasihi nama TUHAN dan untuk menjadi hamba-hamba-Nya, semuanya yang memelihara hari Sabat dan tidak menajiskannya, dan yang berpegang kepada perjanjian-Ku, mereka akan Kubawa ke gunung-Ku yang kudus dan akan Kuberi kesukaan di rumah doa-Ku.』
Dengan demikian, Tuhan memerintahkan kita untuk memelihara hari Sabat dan tidak menajiskan jiwa kita dan juga Dia berkata berbahagialah orang yang melakukannya dan berpegang teguh padanya. Dan Dia akan menuntun orang yang memelihara Sabat ke gunung kudus Tuhan dan memberikan kegirangan kepadanya di rumah Tuhan yang indah dan kekal meskipun dia adalah orang asing. Betapa mulia dan berharganya janji itu! Tuhan memerintahkan kita “Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat” untuk memberikan berkat yang ajaib kepada kita di masa depan (Kel 20:8).
4. Yesus Dan Orang-Orang Kudus dalam Perjanjian Baru Merayakan Sabat
Yesus sendiri merayakan hari Sabat yang kudus yaitu hukum yang berharga.
Luk 4:16 『Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaan-Nya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab.』
Yesus juga mengakui hari Sabat sebagai hukum yang suci dan beribadah pada hari Sabat yang menjadi kebiasaan-Nya. Bahkan Dia menyatakan bahwa hari Sabat adalah hari Yesus yang empunya jiwa kita dengan berkata “Anak Manusia adalah Tuhan pada hari Sabat” (Mat 12:8), dan Dia mengajarkan kita arti hari Sabat yang sebenarnya. Hari Sabat adalah hari Yesus dan hari yang berkuasa bagi Tuhan Sang Pencipta. Tetapi bagaimana dengan hari Minggu? Hari Minggu adalah hari di mana orang-orang kafir menyembah matahari sebagai tuhan. Kita harus mengakui kebenaran ini dan sepenuhnya bersandar pada firman Tuhan.
Murid-murid juga mengikuti Yesus merayakan hari Sabat dengan kudus. Pada setiap hari Sabat mereka berkumpul, berdoa dan mempelajari firman pengajaran Yesus sebagai makanan rohani.
Kis 18:4 『Dan setiap hari Sabat Paulus berbicara dalam rumah ibadat dan berusaha meyakinkan orang-orang Yahudi dan orang-orang Yunani.』
Kis 17:2-3 『Seperti biasa Paulus masuk ke rumah ibadat itu. Tiga hari Sabat berturut-turut ia membicarakan dengan mereka bagian-bagian dari Kitab Suci. Ia menerangkannya kepada mereka dan menunjukkan, bahwa Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati, lalu ia berkata: “Inilah Mesias, yaitu Yesus, yang kuberitakan kepadamu.”』
Hari Sabat adalah hari kudusnya Tuhan dari masa ke masa dan di seluruh bangsa.
Jika kita percaya kepada Tuhan dan merindukan kerajaan sorga dengan sungguh-sungguh, kita harus menjadi anak-anak Tuhan yang menaati firman-Nya secara mutlak dengan merayakan hari Sabat dengan kudus, mengikuti contoh dari Kristus.
5. Mereka yang Menutupi Terang Tuhan dengan Melanggar Hari Sabat (Sabtu) dan Menuntut Beribadah pada Hari Minggu
Mereka yang menyangkal hari Sabat dan mengajarkan orang-orang untuk merayakan hari Minggu yang tidak ada di dalam Alkitab dengan menambahi firman Tuhan adalah pelaku kejahatan.
Neh 13:17 『Lalu aku menyesali pemuka-pemuka orang Yehuda, kataku kepada mereka: “Kejahatan apa yang kamu lakukan ini dengan melanggar kekudusan hari Sabat?”』 Tuhan bersabda bahwa melanggar hari Sabat berarti melakukan kejahatan.
Setan menipu umat Tuhan untuk melupakan hari Sabat dan melanggarnya, dan ia menggodai mereka supaya berpaling dari firman Tuhan, “Kuduskanlah hari Sabat,” dan mengabaikan keagungan Tuhan dan menjadi terpisah dari Tuhan.
Yeh 20:12-13 『Hari-hari Sabat-Ku juga Kuberikan kepada mereka menjadi peringatan di antara Aku dan mereka, supaya mereka mengetahui bahwa Akulah TUHAN, yang menguduskan mereka. Tetapi kaum Israel memberontak terhadap Aku di padang gurun; mereka tidak hidup menurut ketetapan-ketetapan-Ku dan mereka menolak peraturan-peraturan-Ku, yang kalau manusia melakukannya, ia akan hidup. Mereka juga melanggar kekudusan hari-hari Sabat-Ku dengan sangat. Maka Aku bermaksud hendak mencurahkan amarah-Ku ke atas mereka di padang gurun hendak membinasakan mereka.』
Melalui Nabi Yehezkiel, Tuhan memberikan nubuat peringatan bahwa amarah-Nya akan dicurahkan ke atas mereka yang melanggar perintah dan ketetapan-Nya, yaitu melanggar hari Sabat Tuhan.
Yeh 20:24 『Oleh karena mereka tidak melakukan peraturan-peraturan-Ku dan menolak ketetapan-ketetapan-Ku dan melanggar kekudusan hari-hari Sabat-Ku, dan matanya selalu tertuju kepada berhala-berhala ayah-ayah mereka.』
Jika ada yang menolak hukum kehidupan yang diberikan, dia memilih untuk mengikuti jalan menuju kematian abadi dan akan memasuki api neraka. Nubuat di atas merupakan peringatan yang sangat serius melawan mereka yang sambil mengaku percaya Tuhan tetapi menolak hari Sabat. Saudara dan saudari yang tercinta! Tuhan telah memberikan kita hari Sabat sebagai perintah untuk memberi hidup. Bagaimana kita yang percaya kepada Tuhan dapat mengabaikan ketetapan dan peraturan Tuhan, serta melanggarnya? Roh yang menipu manusia dengan cara mengabaikan firman Tuhan ialah Setan si jahat.
Melalui nubuat Alkitab, kita dapat melihat bahwa kemuliaan Tuhan dikotori dari antara mereka yang tidak memelihara hari Sabat. Adalah kesalahan berdoa kepada Tuhan sambil mengotori kemuliaan Tuhan yang kudus. Alkitab berkata bahwa nabi-nabi palsu membenci hukum-hukum Tuhan dan Sabat Tuhan.
Yeh 22:26 『Imam-imamnya memperkosa hukum Taurat-Ku dan menajiskan hal-hal yang kudus bagi-Ku, mereka tidak membedakan antara yang kudus dengan yang tidak kudus, tidak mengajarkan perbedaan yang najis dengan yang tahir, mereka menutup mata terhadap hari-hari Sabat-Ku. Demikianlah Aku (Tuhan) dinajiskan di tengah-tengah mereka (yang tidak memelihara hari Sabat).』
Yeh 22:27 『Pemuka-pemukanya (para pemimpin yang tidak memelihara hari Sabat) di tengah-tengahnya adalah seperti serigala-serigala yang menerkam mangsanya dalam kehausan akan darah, yang membinasakan orang-orang untuk menguntungkan diri secara haram.』 Nubuat ini telah dilaksanakan oleh peringatan Yesus seperti berikut;
Mat 7:15 『Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas.』
Siapakah nabi-nabi palsu itu? Jika membandingkan nubuat Yehezkiel dan Matius, bukankah mereka adalah pemimpin-pemimpin agamawi yang membuktikan diri merekas percaya Tuhan akan tetapi mengotori Tuhan dengan cara melanggar Sabat? Rahasia Setan ini yang disembunyikan di bawah kebohongan percaya Tuhan tidak dapat menghindari mata dari nubuat Tuhan. Kepada mereka yang menolak perintah yang hidup, Tuhan telah memberikan perintah yang tidak membawa hidup, yaitu ibadah hari Minggu seperti yang dipelihara pada masa kini.
Yeh 20:25-26 『Begitulah Aku (Tuhan) juga memberi kepada mereka (yang tidak memelihara hari Sabat) ketetapan-ketetapan yang tidak baik dan peraturan-peraturan, yang karenanya mereka tidak dapat hidup… supaya Kubuat mereka tertegun, agar mereka mengetahui bahwa Akulah TUHAN.』
Sesungguhnya hari Minggu adalah perintah yang tidak membawa hidup, karena dipelihara oleh mereka yang mengabaikan dan menolak hari Sabat (Sabtu). Barangsiapa yang taat kepada firman Tuhan, dia akan diberkati serta mempunyai hidup yang kekal. Sedangkan mereka yang berkeras kepala menolak firman dan berpegang teguh kepada penipuan akan dihancurkan. Perintah-perintah yang tidak baik dan ketetapan-ketetapan yang tidak membawa hidup adalah hasil murka Tuhan yang akan dijatuhkan ke atas mereka yang tidak taat pada-Nya. Sebaliknya ketetapan hari Sabat yang memberi hidup adalah berkat Tuhan dan hadiah dari Tuhan yang diberikan kepada mereka yang taat kepada-Nya. Kita yang hidup pada akhir zaman harus memiliki hikmat untuk membedakan yang baik dari yang jahat, agar kita dapat memasuki perhentian yang kekal dan mendapat bagian dalam sorga yang kekal.
6. Dalih-Dalih dari Para Penyembah Hari Minggu
Walaupun mengetahui dengan jelas bahwa satu ayat pun yang mengesahkan pengudusan hari Minggu sama sekali tidak ditemukan di dalam Alkitab, masih ada orang yang mengatakan bahwa hari Minggu adalah hari ibadah di dalam Alkitab. Mari kita pelajari mereka sedang berdalih apa.
1) Alasan pertama: “Setelah kebangkitan Yesus, hari Sabat diganti menjadi hari Minggu, karena kebangkitan terjadi pada hari Minggu dan hari Pentakosta di mana Roh Kudus dicurahkan juga adalah hari Minggu.” Dalih demikian sama dengan jika seorang anak menuntut karena dia lahir hari Minggu, hari kelahiran ayahnya juga harus diubah menjadi hari Minggu.
Hari raya Kebangkitan yang untuk memperingati hari bangkitnya Yesus dan hari Sabat yang untuk memperingati pekerjaan Sang Pencipta yang menciptakan alam semesta pada dasarnya berbeda arti dan cara merayakannya. Dan para rasul merayakan hari Pentakosta untuk memperingati hari diturunkannya Roh Kudus. Sekarang para penyembah hari Minggu tidak merayakan hari raya Pentakosta, tetapi menggunakan hari raya Pentakosta untuk membenarkan ibadah Minggu. Betapa kejinya! Selain Sabat, Tuhan mendirikan tujuh hari raya: hari raya Paskah, hari raya Roti Tidak Beragi, hari raya Kebangkitan (hari raya Hasil Pertama), hari raya Pentakosta (hari raya Tujuh Minggu), hari raya Serunai, hari raya Pendamaian dan hari raya Pondok Daun. Setiap hari raya punya makna masing-masing (Im 23:1-44; Mat 26:17; Kis 2:1; Yoh 7:2). Yesus telah berkata bahwa Dia datang bukan untuk meniadakan Taurat melainkan untuk menggenapinya, dan satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat sebelum semuanya terjadi (Mat 5:17). Dan Alkitab itu berkata bahwa jika seseorang mengurangi ayat yang terkecil dari hukum Taurat, Tuhan akan mengambil bagiannya dari kerajaan sorga (Why 22:19).
2) Alasan kedua: Ayat “Pada hari pertama dalam minggu itu, ketika kami berkumpul memecah-mecahkan roti” (Kis 20:7), mereka menuntut catatan ini adalah mengenai ibadah Minggu. Akan tetapi hal ini bukanlah catatan mengenai dilakukannya ibadah Minggu, melainkan hari raya Kebangkitan yang ada di antara hari raya Roti Tidak Beragi (Kis 20:6) dan hari raya Pentakosta (Kis 20:16).
Hari raya Roti Tidak Beragi dirayakan pada hari setelah Paskah (Im 23:6), yaitu hari raya untuk memperingati penderitaan Yesus di kayu salib. Dan hari Kebangkitan, hari pertama setelah Sabat pertama setelah hari raya Roti Tidak Beragi, adalah hari raya untuk memperingati kebangkitan Yesus. Pada hari Paskah yang dirayakan dengan menyembelih domba pada waktu perjanjian lama (Kel 12:5-14), Yesus yang adalah domba Paskah merayakan Paskah-Nya bersama murid-murid-Nya dengan memberikan daging dan darah-Nya melalui roti dan anggur (1 Kor 5:7; Luk 22:7-20). Pada hari raya Roti Tidak Beragi di mana memperingati penderitaan saat keluar dari tanah Mesir (Kel 12:17; Ul 16:3), Yesus telah menderita di atas salib dalam menggenapi nubuat (Mat 26:27; 27:1-50).
Dan pada hari pertama sesudah Sabat pertama sesudah hari raya Roti Tidak Beragi, yaitu hari raya Hasil Pertama di mana hasil pertama dipersembahkan (Im 23:10-14), Yesus telah bangkit sebagai hasil pertama dari antara orang mati jadi menggenapi nubuatnya (1 Kor 15:20; Mat 28:1). Dan hari raya Pentakosta, hari kelima puluh setelah Yesus bangkit, adalah penggenapan nubuat dari hari raya Tujuh Minggu (Im 23:15-16), hari kelima puluh setelah hari raya Hasil Pertama (Kis 1:1-2:1).
Seluruh hari raya dalam Perjanjian Lama yang ditetapkan berdasarkan pekerjaan Musa, telah menjadi nubuat yang akan Yesus Kristus genapi di masa depan (Ibr 3:1-6).
3) Alasan ketiga: “Pada hari pertama dari tiap-tiap minggu hendaklah kamu masing-masing―sesuai dengan apa yang kamu peroleh―menyisihkan sesuatu dan menyimpannya di rumah, supaya jangan pengumpulan itu baru diadakan, kalau aku datang” (1 Kor 16:2). Mereka menuntut bahwa pengumpulan di sini adalah persembahan pada hari Minggu.
Tetapi pengumpulan tersebut adalah persembahan khusus untuk membantu gereja Yerusalem. Supaya orang-orang mengumpulkan lebih awal apa yang telah mereka janjikan, Rasul Paulus telah mengatakan bahwa mereka sebaiknya menyisihkan sebagian dari pendapatan mereka dan menyimpannya pada hari pertama tiap-tiap minggu, sehingga pemberian tersebut menjadi pemberian sukarela, bukan sebagai suatu kewajiban yang bersifat memaksa, saat dia nantinya tiba di Korintus (2 Kor 9:1-5). “Pada hari pertama tiap-tiap minggu, hendaklah kamu masing-masing menyisihkan sesuatu dan menyimpannya.” Firman ini bermaksud bahwa pada hari pertama minggu itu (hari Minggu) mereka bekerja untuk mendapat hasil, bukan mengenai kebaktian pada hari Minggu.
4) Alasan keempat: “Hari Tuhan di Wahyu 1:10 adalah hari Minggu.” Apakah Yehovah dan Yesus, Tuhan kita pernah berkata, “Hari Minggu adalah Hari-Ku”? Tuhan Yehovah menyebut hari Sabtu hari ketujuh sebagai Sabat-Ku (Yeh 20:12), dan Yesus juga telah mengatakan bahwa Dia adalah Tuhan atas hari Sabat (Mrk 2:28). Oleh karena itu jelas bahwa hari Tuhan adalah hari Sabat, hari Sabtu.
7. Sikap Iman Kita Terhadap Hari Sabat
1) Hari Sabat haruslah menjadi prioritas utama melebihi segala kegiatan duniawi karena pada hari itu kita diberkati Tuhan.
Hari Sabat adalah hari untuk berkat dan hari persahabatan. Jika tidak ada berkat Tuhan, betapa sedihnya hidup kita, bukan? Tuhan menyediakan berkat untuk mengubah kesedihan menjadi kesukaan, kesakitan menjadi kesembuhan dan dukacita menjadi sukacita. Betapa banyaknya berkat yang disediakan pada hari Sabat. Yang mana akan anda pilih, berkat atau kutuk? Tentu saja, anda ingin hidup senang, berpengharapan, dan bahagia. Jika anda benar menginginkannya, kuduskanlah hari Sabat, dan anda akan menerima berkat-berkat yang Tuhan janjikan. Jangan melanggar hari Sabat meskipun ada hal yang darurat terjadi pada anda. Jika anda gagal memelihara hari Sabat karena hal-hal duniawi, itu adalah perbuatan untuk menolak berkat Tuhan.
Kita adalah orang-orang berdosa, akan tetapi Tuhan membuat kita jadi orang benar. Kitalah yang telah ditebus dari dosa melalui kematian Yesus dan darah-Nya. Semata-mata demi keselamatan kita pendosa yang kurang, Tuhan telah menyediakan Sabat. Oleh karena itu kita harus menghargai hari Sabat terlebih dahulu melebihi perkara-perkara duniawi dan tetap menguduskannya.
2) Setan menggodai kita untuk melanggar hari Sabat.
Si jahat, Setan adalah roh jahat yang melawan kehendak Tuhan dan menipu manusia sejak dunia diciptakan. Untuk membuat kita menolak kehendak Tuhan, dia menempatkan kita di dalam lingkungan yang tidak bagus untuk menjaga iman. Bahkan dia membuat isu-isu dusta atau desas-desus. Dengan cara demikian dia menyebabkan kita menanggung kesakitan dan derita, dan menggodai kita untuk lebih berpikir lepas dari kesakitan daripada menaati firman Tuhan. Dan dia membuat kita dengan mudah mengabaikan kebenaran dan memberontak melawan Tuhan untuk menuntun kita ke kehancuran kekal, memisahkan kita dari berkat Tuhan. Inilah kelicikan Setan.
Dengan menggunakan skema demikian, dia telah menyeret banyak jiwa ke dalam neraka selama berabad-abad. Dan membuat berbagai macam taktik supaya kita tidak teguh berdiri dalam iman. Sekarang, kita bertarung dalam peperangan besar melawan Setan dengan kebenaran. Peperangan kita bukan peperangan dengan darah dan daging, tetapi melawan roh-roh jahat di udara dalam peperangan rohani. Tidak ada cara lain untuk memenangkan peperangan ini kecuali mengandalkan Tuhan yang jauh lebih kuat daripada roh-roh jahat dan mengenakan firman Tuhan sebagai senjata.
Kunci kemenangan kita dalam peperangan rohani ini adalah menaati dan melakukan firman Tuhan. Apabila kita tidak taat, kita akan kalah dalam peperangan rohani. Kita harus menang melawan Setan. Setelah kita mengalahkan Setan di dunia ini, kita akan menerima berkat Tuhan yang melimpah. Sama seperti pemenang dalam suatu peperangan dimahkotai dengan mahkota kemenangan, demikian pula kita akan menerima mahkota hidup yang kekal saat kita menang atas Setan.
Sekarang, kita perlu mengenali dengan teliti berbagai tipe licik dan desas-desus yang disebarkan oleh Setan untuk menghalangi kita untuk menguduskan hari Sabat. Dan harus berhati-hati supaya jangan jadi pengkhianat Tuhan.
(1) Tipe pertama: “Ada begitu banyak gereja besar terkenal di dunia, mengapa kamu pergi ke gereja kecil yang tidak terkenal? Jangan pergi ke gereja kecil itu.”
Penafsiran) Saat Yesus datang untuk pertama kali, agama Yahudi telah memiliki gedung yang besar dan banyak pengikut. Banyak pemimpin yaitu para orang Farisi, orang Saduki, dan ahli Taurat yang dikagumi dan dihormati oleh banyak orang. Kemudian mereka menjadi penghasut-penghasut yang menyalibkan Yesus. Yesus telah membuka identitas mereka sebagai berikut; “Hai kamu! Kamu keturunan ular beludak (Setan)! Bagaimanakah kamu dapat meluputkan diri dari hukuman neraka?” (Mat 23:33) Apakah akhir dari orang-orang yang memiliki gedung-gedung besar dan yang menerima pujian duniawi? Hanya hukuman kekal di neraka yang sedang menunggu mereka, bukan?
Sebaliknya, walaupun hanya sedikit orang berkumpul dan menyembah di kamar atas rumah Markus, mereka diberi janji untuk keselamatan dan kerajaan sorga, dan mereka menerimanya sesuai dengan janji Tuhan, bukan?
Dengan melihat situasi ini, pada waktu itu agama Yahudi menjadi populer dan terkenal. Namun gereja benar yang percaya kepada Yesus tidak terkenal dan kelihatannya miskin di mata dunia. Tetapi sudah dikatakan bahwa kebenaran ada di dalam kesederhanaan. Yesus tidak mengukur keselamatan dengan skala besar gereja dan jumlah pengikutnya atau nama baik duniawinya. Yesus meyelamatkan orang yang setia dan hidup hanya untuk kebenaran, meskipun mereka kelihatannya biasa saja, rendah dan lemah.
Melewati setiap zaman, kebenaran melampaui akal budi. Kesadaran adalah mengetahui sesuatu hal yang sulit untuk dipahami dengan pemikiran umum. Inilah cara untuk mengetahui kebenaran. Kita tidak dapat memikul kuk bersama dengan orang yang tidak menyadari kebenaran. Jikalau kita berpikir dan bertingkah laku seperti mereka, bagaimana kita mengatakan diri kita sebagai orang-orang yang menyadari kebenaran? Orang-orang yang menyadari harus berlaku sebagai orang-orang yang menyadarinya. Apabila seseorang masih dipengaruhi keadaan dan lingkungan sekitar, berarti ia belum menyadari. Orang yang sudah menyadari harus tetap teguh dalam iman seperti batu karang yang tidak goyah oleh gelombang apa pun, seperti Yesus adalah Sang Batu Karang. Jika seseorang meninggalkan kebenaran oleh karena penganiayaan dan memilih ikut yang salah, dia tidak bisa disebut orang yang punya iman.
Kerajaan sorga hanyalah tempat bagi orang-orang yang teguh beriman dalam kebenaran yang akan diperbolehkan masuk. Kebenaran tidak dapat dihakimi oleh manusia di dunia. Jikalau anda benar-benar ingin mencari kebenaran, anda harus mengikuti kehendak dan petunjuk dari Tuhan. Inilah cara paling bijaksana menemukan gereja yang benar.
(2) Tipe kedua: “Jangan pergi ke gereja yang beribadah pada hari Sabtu. Itu pasti gereja sesat karena hampir seluruh gereja beribadah pada hari Minggu.”
Penafsiran) Kebanyakan orang bersifat egois dan menghakimi segala sesuatu menurut sudut pandang dan keadaan mereka sendiri. Contohnya, orang zaman dahulu kala memiliki pendapat astronomi bahwa bumi itu tetap dan mataharilah yang bergerak dari timur ke barat. Tapi itu hanya salah satu contoh keegoisan cara berpikir manusia. Sebenarnya, matahari itu tetap dan Bumilah mengelilingi Matahari. Kebenaran astronomi yang sesungguhnya dibuktikan oleh Nikolas Kopernikus, Bruno dan Galileo. Teori Kopernikus menghancurkan cara berpikir tradisional dari manusia dan menjadi mendunia. Akan tetapi banyak orang pada zaman itu tidak percaya pada kebenaran Galileo. Mereka menghakimi teori itu dengan cara berpikir pada masa itu, dan mereka menganggap itu sebagai yang sesat serta mengirimnya ke pengadilan. Dia dituduh karena telah menyebarluaskan ajaran-ajaran sesat dan menghasut masyarakat. Dan teorinya dianggap sesat yang adalah kejahatan yang paling besar pada waktu itu.
Akhirnya Galileo dipanggil ke pengadilan yang telah dipimpin oleh imam Gereja Katolik dan banyak imam mendesak menyangkal teori Kopernikus “Bumi mengelilingi Matahari.” Mereka berpikir bahwa semua benda seperti meja dan bahkan orang-orang akan tercampak jatuh dan air akan tumpah dari botol, jika Bumi berputar mengelilingi Matahari. Mereka berpikir bahwa teorinya gila dan mendesaknya kerap kali untuk menyangkal hal itu. Ketika Galileo tiba di pengadilan, perasaannya campur aduk. Akhirnya ia menyangkal teori Kopernikus seperti yang mereka minta, karena dia tahu benar yang terjadi akan sangat mengerikan bila dia tidak menyangkal teori tersebut. Para penonton terdiam dan penghakiman itu berakhir. Galileo menerima keputusan hakim bahwa tidak bersalah dan dibebaskan. Namun, ketika dia keluar dari pengadilan yang sudah kosong, dia berdesah, “Walaupun demikian, Bumi tetap masih berputar mengelilingi Matahari.” Itu benar. Kebenaran adalah kebenaran walaupun kebenaran itu ditutupi oleh kepercayaan yang terkenal pada zaman itu.
Kebaktian Minggu juga sama. Kebanyakan orang memiliki pemahaman bahwa hari Minggu adalah hari penyembahan Tuhan. Kita tidak dapat mencari kebenaran melalui pikiran yang berdasarkan kebiasaan. Akan tetapi kita dapat menemukan kebenaran yang diberikan Tuhan kepada kita ketika kita membedakan hanya melalui Alkitab. Menurut hal tersebut, pasti hari Sabat adalah kebenaran Alkitab.
Lalu apakah pengajaran sesat yang dikatakan oleh Alkitab? Tidak mengikuti pengajaran Alkitab, itulah yang sesat. Yang mana Alkitab anggap sebagai pengajaran sesat, Minggu atau Sabat? Alkitab itu menentukan orang yang beribadah pada hari Minggu yang tidak ada di Alkitablah sebagai yang sesat. Namun banyak orang dengan buta memperlakukan orang yang tidak ikut ajaran mereka sebagai yang sesat, sama seperti manusia zaman dulu yang menuduh Galileo sebagai yang sesat dengan tidak adil. Betapa tercelanya. Standar untuk menilai yang salah dan yang benar adalah Tuhan dan Alkitab, bukan pendapat atau pengalaman manusia. Sama seperti pemuka-pemuka agama yang sudah menuduh Yesus yang pertama kali sebagai yang sesat (Kis 24:5), sekarang manusia menganggap kebenaran sebagai yang salah sekalipun kebenaran keselamatan telah dinyatakan. Akan tetapi kebenaran tidak akan pernah berubah berjalan jalan kebenaran sendiri.
(3) Tipe ketiga: “Banyak orang merayakan Minggu, sementara Sabat hanya sedikit yang merayakannya. Mempertimbangkan prinsip demokrasi, yang banyak biasanya benar. Jadi gereja yang merayakan Sabat, sedikit, pastilah gereja sesat.”
Penafsiran) Alkitab mengajarkan kita bahwa keselamatan tidak tergantung pada sedikit atau banyaknya jumlah orang.
1 Sam 14:6 『Sebab bagi TUHAN tidak sukar untuk menolong, baik dengan banyak orang maupun dengan sedikit orang.』
Mat 7:13-14 『Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya.』
Luk 12:32 『Janganlah takut, hai kamu kawanan kecil! Karena Bapamu telah berkenan memberikan kamu Kerajaan itu.』
Semua firman ini menunjukkan bahwa hanya sedikit orang berusaha untuk mencari kebenaran dan tidak banyak mereka dapat diselamatkan dari generasi yang rusak ini.
Keselamatan tidak ditentukan berdasarkan berapa jumlah pengikutnya besar ataupun kecil, akan tetapi berdasarkan apakah kita taat pada kebenaran atau tidak. Oleh karena itu pendapat yang menganggap gereja benar adalah gereja yang berjumlah banyak anggota itu bukan pendapat Alkitabiah. Tentang jumlah, Alkitab itu berkata bahwa jumlah yang kecil itu benar.
(4) Tipe keempat: “Mengapa kamu tidak pergi ke gereja yang dekat dengan rumahmu? Gereja pemelihara Sabat jauh dari sini.”
Penafsiran) Seumpama ada seorang anak laki-laki di sebuah keluarga yang bahagia. Pada suatu hari dia berlari-lari ke rumah sambil menangis menahan sakit gigi dan memohon kepada ibunya untuk menyembuhkan rasa sakit itu. Di dekat rumah mereka hanya ada rumah sakit khusus mata. Bagaimana ibu itu menangani anaknya? Menurut anda apakah ibu itu akan membawa anaknya ke rumah sakit mata ini hanya karena rumah sakit tersebut besar dan dekat dengan rumahnya, atau ibu itu akan membawa anaknya ke klinik gigi walaupun klinik tersebut jauh dari rumahnya?
Sering sekali kita bingung dan lupa jalan yang benar seperti masalah sederhana di atas yang kita putuskan dengan mudah. Jika anda mengalami suatu penyakit yang sukar disembuhkan, tidakkah anda akan pergi ke seorang ahli walaupun jaraknya sangat jauh? Orang-orang yang mencari kebenaran tidak akan mengeluh mengenai jarak dan keadaan lingkungan sekitarnya karena kebenaran itu jauh lebih penting baginya. Mereka akan mengatasi segala masalah karena sukacita yang satu-satunya, bahwa sudah menemukan kebenaran yang melaluinya mereka dapat mengambil bagian dalam kemuliaan sorgawi.
3) Bagaimana seharusnya kita memelihara Sabat?
(1) Hari sebelum Sabat disebut “hari Persiapan”.
Kita harus membereskan semua urusan pribadi kita sehari sebelum hari Sabat, hal ini dimaksudkan supaya kita terhindar dari hal-hal duniawi pada hari Sabat.
Yoh 4:24 『Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam Roh dan kebenaran.』
Orang yang sudah membereskan pekerjaan duniawi dapat berpartisipasi dalam altar penyembahan yang kudus dengan pikiran tenang dan damai. Akan tetapi orang yang pekerjaannya masih terbengkalai akan gelisah dan pikirannya terarah pada hal-hal duniawi meskipun dia berada di gereja. Lagi pula keadaan demikian akan membuatnya berpikir bahwa perkara duniawi lebih penting daripada menyembah pada hari Sabat, yang bisa menyebabkan ia secara perlahan-lahan meninggalkan Tuhan. Kita perlu mempersiapkan Sabat dengan cara memeriksa semua faktor yang mungkin menghalangi kita untuk memelihara Sabat. Sesudah kita membereskan semua masalah, barulah kita boleh menguduskan Sabat.
(2) Ibadah Sabat harus dilakukan dalam suasana hening dan saleh.
Sabat adalah hari yang penuh berkat dan kudus. Akan tetapi kita sering sekali mendengar suara-suara ribut tangisan anak-anak dan bayi saat penyembahan dilaksanakan dalam roh dan kebenaran secara saleh. Itu membuat mata para penyembah tertuju kepada mereka. Beberapa orang yang masih belum kuat imannya menjadi terganggu karena keributan tersebut, dan para ibu mereka menyia-nyiakan waktu yang penuh berkat tersebut hanya untuk menenangkan anak-anak mereka sehingga tidak bisa fokus lagi pada ibadah.
Dalam keadaan demikian, apa yang harus kita lakukan? Kita datang ke gereja dengan hati gembira untuk diberkati dengan pikiran yang tenang. Namun saat pulang ke rumah dengan perasaan kesal, betapa tidak nyamannya hubungan kita nantinya? Saya tidak mengatakan bahwa anda tidak boleh membawa anak-anak ke gereja. Yesus juga sangat mengasihi anak-anak sehingga ia sering sekali menggunakan perumpamaan tentang anak-anak sewaktu mengajar murid-murid-Nya.
Mrk 10:14 『Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah.』
Lalu bagaimana kita dapat menyembah secara saleh kepada Yesus yang begitu mencintai anak-anak? Jadi sebaiknya para ibu harus terlebih dahulu mengajari anak-anak sedemikian, “Gereja adalah tempat untuk menyembah Tuhan dalam roh dan kebenaran, tenanglah dan janganlah ribut selama ibadah.”
“Iman timbul dari pendengaran, pendengaran oleh firman Kristus” (Rm 10:17). Walaupun mereka masih anak-anak, jika mereka diajari oleh orang tua mereka, mereka akan mengerti kekudusan saat menyembah Tuhan. Ketika Tuhan melihat orang tua dan anak-anak mereka demikian, Tuhan akan sangat mengasihi mereka dan senang atas mereka, bukan?
(3) Kita harus beribadah pada waktu yang tepat.
Beberapa orang sering terlambat ibadah. Tentu saja, kadang-kadang mereka terlambat bukan dengan sengaja karena kita hidup dalam masyarakat industri.
Tetapi bayangkanlah apa jadinya kalau pengantin perempuan terlambat datang saat pernikahan sedang berlangsung dan upacara harus ditunda. Pernikahan, saat yang paling indah dalam hidup akan hancur, mempelai laki-laki kelelahan menunggu, keluhan dari para tamu undangan, pandangan orang-orang yang menegangkan, waktu semakin sempit. Dalam situasi ini, semua yang hadir akan kecewa, daripada ceria, bukankah demikian?
Hari Sabat adalah hari untuk bertemu dengan Tuhan Penguasa alam semesta. Jika anda mendapatkan kesempatan untuk bertemu dengan presiden suatu negara, tidakkah anda akan datang ke tempat yang ditunjukkan lebih awal satu jam atau setidaknya dua atau tiga puluh menit dan menunggunya? Betapa berharganya saat bertemu dengan Tuhan yang Mahakuasa, Raja atas segala raja, lebih dari situasi di atas! Kita harus menyiapkan segala sesuatu dan memelihara waktu ibadah. Kadang-kadang kita bisa jadi terlambat, tetapi janganlah kiranya menjadi suatu kebiasaan.
Dalam perumpamaan sepuluh gadis (Mat 25:1-13), beberapa yang bodoh berteriak setelah pintu sorga ditutup, “Tuan, Tuan! Bukalah pintu bagi kami,” akan tetapi Yesus telah memarahi mereka dan berkata, “Sesungguhnya, Aku tidak mengenal kamu.” Kita harus mengasihi baik waktu-Nya maupun semua yang diperintahkan Tuhan kepada kita dan memeliharanya serta hidup dengan persiapan.
(4) Hari Sabat adalah hari untuk mempraktikkan kasih persaudaraan.
Sabat adalah hari di mana kita bertemu dengan saudara-saudari kita yang tidak ketemu selama seminggu. Namun banyak saudara dan saudari kita yang langsung pulang selesai ibadah. Banyak hal yang harus kita sampaikan satu sama lain, karena kita tidak bertemu selama berhari-hari, bukan? Kita dapat saling bertanya tentang Alkitab, berbicara tentang banyak hal yang terjadi dalam seminggu, dan berusaha untuk bersahabat dengan berdoa bagi saudara-saudari kita dengan tulus.
Untuk membangun hubungan yang baik dengan saudara-saudari kita, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
A)Janganlah jadi sombong atau memuji diri sendiri.
B) Kita harus sabar terhadap saudara-saudari dengan hati luas dan tutupilah kesalahan mereka, walau saudara-saudari yang lain berbuat salah.
C) Usahakanlah untuk membicarakan hal-hal yang lebih berguna dari pada yang sia-sia.
D) Usahakanlah berbicara dengan senyuman yang cerah, jangan tunjukkan wajah suram.
E) Para pemimpin haruslah menggembalakan dan melayani domba-domba yang telah dipercayakan kepadanya dengan hati yang tulus sehingga mereka dapat menikmati Sabat dengan hati gembira. Dan apabila ada yang baru pertama kali datang ke gereja, kita harus memberitahunya segala sesuatu tentang gereja dengan ramah karena dia belum terbiasa dengan lingkungan yang masih baru baginya. Dan kita bisa mengenalkannya dengan saudara-saudari yang lain dan memulai hubungan yang baik dengannya. Dan kita juga dapat membantu orang yang baru datang tersebut untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang Alkitab. Jikalau kita tidak mempunyai waktu untuk mengajari dia, kita bisa menanyakan kepada yang lainnya seperti Jeondosanim atau penginjil untuk mengajari dia. Dan apabila saudara-saudari tersebut ingin konsultasi dengan pendeta, kita dapat memberitahukan danghejangnim terlebih dahulu apa yang ingin dia konsultasikan dan barulah kemudian kita mempertemukannya dengan danghejangnim.
F) Marilah kita mengatur segala sesuatu di sekitar kita. Setelah ibadah kadang-kadang kita menemukan kertas-kertas, buku-buku, tas, dan sampah-sampah seperti kertas kosong yang berserakan, bekas biskuit atau kulit buah-buahan yang berserakan di gereja. Kita berharap agar gereja kita tampak selalu bersih. Ketika kita bersama-sama dapat memungut kertas-kertas dan segala kotoran tersebut walaupun tidak ditentukan orang yang bertugas membersihkannya, Tuhan yang melihat segala sesuatu yang tersembunyi akan memberkati semua pekerjaan yang kita lakukan dengan sepenuh hati. Dan apabila kita membereskan semua kertas yang berserakan, tas, dan lainnya, pada ibadah berikutnya saudara-saudari kita yang datang akan beribadah dengan rasa nyaman selama beribadah.
(5) Pada hari Sabat kita harus bebas dari segala sesuatu yang mengikat kita.
Apabila anda memiliki masalah sehubungan dengan iman anda, cepat-cepatlah konsultasikan dengan danghejangnim anda. Jika anda memberitahu masalah anda kepada saudara yang masih lemah imannya, apa yang akan dia pelajari dari anda? Anda mungkin akan merasa lega tapi dia yang mendengarkan keluhan anda akan merasa depresi. Pintu konsultasi selalu terbuka. Kapan pun anda butuh, anda dapat menelepon atau mengunjungi pendeta anda dan memecahkan masalah anda dengan perasaan puas, dengan demikian anda dapat membangun iman anda dengan baik. Marilah kita menuju kerajaan sorga bersama-sama dengan meneguhkan sikap iman yang baik.