Lompat ke konten

Yang berikut adalah pertanyaan yang sangat serius bagi semua orang yang lahir di dunia ini: “Dari manakah aku berasal? Ke manakah aku akan pergi? Apa tujuan hidupku dan mengapa aku dilahirkan di dunia ini?” Kebanyakan orang tidak tahu jawaban yang benar terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut karena mereka tidak mempunyai pengertian tentang keberadaan mereka yang benar dan apa yang akan terjadi bagi mereka di kehidupan berikutnya. Mereka tersesat dan bingung ke sana ke mari sampai akhirnya menghadapi akibat tragis, yaitu kematian. Inilah takdir bagi banyak orang. Jadi sebagian orang mengatakan bahwa hidup tidak lebih dari sebuah mimpi dan kesia-siaan. Akan tetapi hidup bukanlah kesia-siaan. Kita harus menemukan arti yang sangat penting itu disembunyikan dalam masa hidup kita.

Dahulu kita adalah anak-anak Tuhan yang mulia di kerajaan sorga sebelum kita memakai kemah tubuh. Tetapi kita telah menjadi orang yang malang, ditakdirkan untuk dihancurkan karena kita telah berdosa terhadap Tuhan. Akan tetapi Tuhan mengasihani kita, maka Dia memulihkan kemuliaan yang sudah kita miliki sebelumnya dan membuka jalan menuju hidup yang kekal.

Pada saat kita tetap berlari dalam jalan yang telah dibuka oleh Tuhan, kita akan menemui jawaban yang tepat terhadap pertanyaan-pertanyaan di atas mengenai asal mula kita: “Dari manakah asal kita? Ke manakah kita akan pergi? Untuk apa kita hidup?” Ketika kita menyadari bahwa hidup kita tidak sia-sia, sukacita kita akan penuh.

Dasar keberadaan kita bukanlah dalam tubuh kita akan tetapi pada roh kita. Yesus telah berkata: “Rohlah yang memberi kehidupan; daging sama sekali tidak berguna” (Yoh 6:63). Jangan melihat hanya dunia jasmani saja. Selidikilah dunia rohani dengan sungguh-sungguh supaya kita dapat memajukan hidup sendiri yang mengembara dalam kesia-siaan kepada kenyataan.

 

1. Roh Kita

Catatan penciptaan dalam kitab Kejadian menunjukkan bukan hanya penciptaan tubuh ini, melainkan juga kelahiran roh kita.

Kej 2:7 『Ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup.』

Tuhan menghembuskan nafas hidup-Nya ke dalam hidungnya sesudah Dia menciptakan tubuh dari debu tanah. Karena itu tubuh kita adalah bentuk duniawi dari debu tanah dan nafas hidup adalah bentuk rohani yang berasal dari Tuhan. Sehubungan dengan hal ini Salomo telah menulis;

Pkh 12:7 『Dan debu kembali menjadi tanah seperti semula dan roh kembali kepada Allah yang mengaruniakannya.』

Di sini debu tanah berarti tubuh dan roh adalah nafas hidup yang diberikan oleh Tuhan. Yesus telah menyebut nafas kehidupan adalah jiwa.

Luk 12:20 『Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu…』

Tuhan mengambil jiwa manusia artinya Dia mengambil lagi nafas hidup-Nya yang telah Ia hembuskan ke dalam hidung Adam. Sebab itu sama seperti debu tanah telah menjadi tubuh manusia, demikian pula nafas hidup Tuhan telah menjadi roh manusia.

Tubuh kita diwariskan daging dan darah orang tua jasmani, sedangkan jiwa kita diwariskan nafas hidup dari Tuhan kita. Penulis Ibrani telah mengatakan bahwa kita semua memiliki bapa duniawi maupun Bapa rohani kita, karena tubuh dan jiwa kita adalah dua hal yang berbeda.

Ibr 12:9 『Selanjutnya: dari ayah kita yang sebenarnya [bapa darah daging, TL] kita beroleh ganjaran, dan mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih taat kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup?』

Tuhan disebut “Bapa segala roh.” Lalu siapakah roh-roh yang disebut anak-anak Tuhan? Tentang ini, Yesus telah berkata, “… Dan janganlah kamu menyebut siapa pun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di sorga” (Mat 23:1-9). Jadi roh-roh itu adalah anak-anak Tuhan, yaitu kita sendiri.

Dan Yesus mengajarkan perbedaan kematian daging dan kematian roh.

Mat 10:28 『Janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka.』

Oleh karena itu kematian tubuh adalah kematian yang pertama dan kematian roh adalah kematian yang kedua.

Why 20:12-14 『Dan aku melihat orang-orang mati… dan orang-orang mati dihakim… lalu maut dan kerajaan maut itu dilemparkan ke dalam lautan api. Itulah kematian yang kedua: lautan api.』

Keselamatan kita bukanlah untuk tubuh melainkan roh kita.

1 Ptr 1:9 『Karena kamu telah mencapai tujuan imanmu yaitu keselamatan jiwamu.』

Rasul Paulus telah menulis tentang keselamatan dirinya sendiri sebagai berikut;

2 Kor 5:8 『Tetapi hati kami tabah, dan terlebih suka kami beralih dari tubuh ini untuk menetap pada Tuhan.』

Di sini, apakah yang beralih dari tubuh? Tubuh atau roh? Itulah roh Rasul Paulus. Paulus telah menginginkan rohnya beralih dari tubuhnya untuk bersama-sama dengan Tuhan. Dan dia mengungkapkan rohnya yang beralih dari tubuhnya adalah dirinya sendiri.

Sehubungan dengan tubuh, “Jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar” (2 Kor 5:1), “Selama kita hidup dalam kemah tubuh ini…” (2 Ptr 1:13). Oleh karena itu tubuh tidak berarti apa-apa kecuali sebagai kemah kediaman sementara bagi roh manusia. Yang dasar bukanlah tubuh kita, melainkan roh kita.

 

2. Tanah Air Kita Adalah Kerajaan Sorga

Tuhan telah berkata bahwa Ayub telah lahir di bumi ini sebelum Dia meletakkan dasar bumi, yaitu sebelum penciptaan seperti berikut;

Ayb 38:1-21 『Maka dari dalam badai TUHAN menjawab Ayub: “Siapakah dia yang menggelapkan keputusan dengan perkataan-perkataan yang tidak berpengetahuan?… Di manakah engkau, ketika Aku meletakkan dasar bumi?… Tentu engkau mengenalnya, karena ketika itu engkau telah lahir, dan jumlah hari-harimu telah banyak!”』

Dan ketika Firaun raja Mesir bertanya kepada Yakub, “Sudah berapa tahun umurmu?” Jawab Yakub kepadanya, “Tahun-tahun pengembaraanku sebagai orang asing berjumlah seratus tiga puluh tahun” (Kej 47:7-9). Paulus, penulis kitab Ibrani telah menulis bahwa ada alasan Yakub menjawab dengan tahun-tahun pengembaraan karena sebenarnya ia lebih merindukan tanah air yang lebih baik, yaitu sorga. Ada tertulis;

Ibr 11:4-16 『Karena iman Habel telah mempersembahkan kepada Allah korban yang lebih baik dari pada korban Kain. Dengan jalan itu ia memperoleh kesaksian kepadanya, bahwa ia benar, karena Allah berkenan akan persembahannya itu… Karena iman Henok… Karena iman Nuh… Karena iman Abraham… Ishak dan Yakub… Dalam iman mereka semua ini telah mati sebagai orang-orang yang tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, tetapi yang hanya dari jauh melihatnya dan melambai-lambai kepadanya dan yang mengakui, bahwa mereka adalah orang asing dan pendatang di bumi ini. Sebab mereka yang berkata demikian menyatakan, bahwa mereka dengan rindu mencari suatu tanah air. Dan kalau sekiranya dalam hal itu mereka ingat akan tanah asal, yang telah mereka tinggalkan, maka mereka cukup mempunyai kesempatan untuk pulang ke situ. Tetapi sekarang mereka merindukan tanah air yang lebih baik yaitu satu tanah air sorgawi.』

Di sini, “mereka semua ini” menunjuk para leluhur iman yang telah diselamatkan sejak zaman Habel. Mereka bersaksi bahwa dunia ini adalah dunia pendatang karena mereka merindukan kembali ke tanah air sorgawi. Jadi di manakah tanah air kita yang hidup pada zaman sekarang ini? Yesus memberi perumpamaan bahwa Dia datang untuk menyelamatkan kita dan leluhur iman yang bersaksi bahwa dunia ini adalah dunia pengembaraan seperti berikut;

Luk 15:4-7 『Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau ia kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya? Dan kalau ia telah menemukannya, ia meletakkannya di atas bahunya dengan gembira, dan setibanya di rumah ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata kepada mereka: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku… Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan.』

Di sini, siapakah yang dimaksud sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan? Dan di manakah mereka sekarang? Dan siapakah satu orang berdosa itu, seekor domba yang hilang itu? Domba yang hilang itu adalah satu orang berdosa yang dulunya tinggal di dalam kerajaan sorga bersama-sama dengan kesembilan puluh sembilan domba tadi, yaitu kesembilan puluh sembilan orang benar.

Tentang hal tersebut Yesus telah berkata, “Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang” (Luk 19:10) dan “Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia” (Yoh 3:17). Dia menyebut seorang berdosa sebagai domba yang hilang, kesimpulannya, berbicara tentang semua manusia di dunia ini. Yesus datang ke dunia ini dari sorga untuk menyelamatkan semua orang yang hilang di bumi ini. Sama seperti dulunya keseratus domba itu tinggal bersama-sama, demikian pula kita sudah ada bersama-sama dengan kesembilan puluh sembilan orang benar itu di dalam kerajaan sorga. Tetapi sama seperti seekor domba yang hilang itu, kita sudah menjadi yang hilang dari sorga dan turun ke bumi ini.

Lalu mengapa kita menjadi yang hilang dari sorga? Yesus telah berkata;

Luk 19:10 『Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.』 Dan Rasul Paulus telah menulis demikian;

1 Tim 1:15 『Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa.』 Membandingkan kedua ayat di atas, kita dapat memahami bahwa yang hilang yang akan diselamatkan adalah orang-orang berdosa.

Yakni, oleh karena dosa mereka menjadi yang hilang. Semua manusia di bumi ini adalah orang yang telah berbuat dosa di sorga, dan tanah air kita adalah kerajaan sorga.

 

3. Neraka

Seperti ada tertulis, “Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi” (Ibr 9:27), orang yang tidak diselamatkan akan dihakimi oleh Tuhan dan dilemparkan ke dalam lautan api sesudah tubuhnya mati. Sehubungan dengan penghakiman, Rasul Yohanes telah menulis;

Why 20:12-15 『Dan aku melihat orang-orang mati, besar dan kecil, berdiri di depan takhta itu. Lalu dibuka semua kitab. Dan dibuka juga sebuah kitab lain, yaitu kitab kehidupan… mereka dihakimi masing-masing menurut perbuatannya. Lalu maut dan kerajaan maut itu dilemparkanlah ke dalam lautan api. Itulah kematian yang kedua: lautan api.』

Why 14:9-11 『Jikalau seorang menyembah binatang dan patungnya itu, dan menerima tanda pada dahinya atau pada tangannya, maka ia akan minum dari anggur murka Allah… dan ia akan disiksa dengan api dan belerang di depan mata malaikat-malaikat kudus dan di depan mata Anak Domba. Maka asap api yang menyiksa mereka itu naik ke atas sampai selama-lamanya.』 Dan Rasul Paulus telah menulis;

Rm 2:8-9 『Tetapi murka dan geram kepada mereka yang mencari kepentingan sendiri, yang tidak taat kepada kebenaran, melainkan taat kepada kelaliman. Penderitaan dan kesesakan akan menimpa setiap orang yang hidup yang berbuat jahat.』 Mengenai hal ini, Yesus telah berkata;

Mrk 9:47-49 『Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam Kerajaan Allah dengan bermata satu dari pada dengan bermata dua dicampakkan ke dalam neraka, di mana ulat-ulat bangkai tidak mati dan api tidak padam. Karena setiap orang akan digarami dengan api.』

Yesus menyebut lautan api yang ditulis oleh Rasul Yohanes sebagai neraka di mana api tidak akan padam. Lautan api ini seperti tempat pembakaran sampah di Yerusalem, di mana segala jenis sampah seperti mayat-mayat dibuang untuk dibakar dengan belerang. Demikian juga, jika roh kita tidak dibersihkan dari segala dosa kita melalui darah Kristus, maka kita akan dihakimi dan dilemparkan ke dalam lautan api tempat pembakaran serta akan dihukum sesuai kadar dosanya. Dan jiwanya akan dihukum dan dihapuskan sesuai dengan ayat ini, “Upah dosa ialah maut.” Yesus telah berkata bahwa akan dihakimi menurut perbuatannya sebagai berikut.

Luk 12:47-48 『Adapun hamba yang tahu akan kehendak tuannya, tetapi yang tidak mengadakan persiapan atau tidak melakukan apa yang dikehendaki tuannya, ia akan menerima banyak pukulan.』

Hidup jasmani kita berlari menuju ke kematian tanpa berhenti bahkan dalam saat ini, seperti kata seseorang: “Keesokan hari, dan esok hari, dan esok hari. Berjalan dengan pelahan-pelahan hari ke hari. Sehingga tiba di saat yang akhir dari sejarah; Dan semua hari kita yang kemarin menyinari jalan kematian manusia bodoh menjadi debu. Matilah, matilah, pelita sementara!”

“Hidup tidak lebih dari sekedar bayangan berjalan, hanya seorang pemain sandiwara malang. Dia berjalan menyombongkan diri di atas panggung dan kemudian hilang lagi. Menjadi sebuah dongeng yang diceritakan oleh seorang bodoh, penuh dengan omong kosong dan kegeraman tak berarti apa-apa.”

Jika kita gagal diselamatkan di bumi ini dan roh kita tetap kotor karena dosa, roh kita akan disiksa dalam lautan api penderitaan, hidupnya tidak berarti apa-apa sama seperti sebuah lilin yang ada di depan angin, meskipun kehidupan duniawi kita permai dan indah di bumi. Berapa banyak orang yang mati sejak zaman penciptaan? Dan di manakah mereka sekarang? Apa tujuan mereka datang ke dunia ini?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *