Lompat ke konten

1. Tanggal 25 Desember Bukanlah Hari Kelahiran Yesus

Natal adalah perayaan terbesar di dunia. Ketika musim Natal tiba bulan Desember setiap tahun, semua orang di dunia berpartisipasi dalam suasana Natal. Adalah pengetahuan yang luas di antara manusia bahwa Natal adalah hari lahir Yesus, hari di mana Ia turun ke bumi ini untuk memberikan umat manusia harapan yang kekal dan berkat. Akan tetapi, dalam perayaan Natal tersembunyi tipu muslihat Setan yang telah menipu banyak manusia ke dalam penyembahan dewa matahari supaya mereka melawan dan mengkhianati Tuhan dengan membuat mereka berpikir bahwa mereka melayani Kristus dalam cara yang paling tulus dan layak.

Sebenarnya, Natal adalah perayaan untuk dewa matahari, yaitu Baal. Setan telah menyesatkan semua manusia di bumi menjadi salah paham Natal sebagai kelahiran Yesus, sehingga mereka menjadi melayani dia tanpa tahu. Banyak orang berusaha membenarkan diri mereka sendiri dengan berkata, “Kita merayakan Natal karena hari itu kelahiran Yesus.” Padahal, Natal adalah hari kelahiran dewa matahari, yaitu Nimrod yang adalah contoh antikristus pertama dan itu berasal dari perayaan Saturnalia Romawi.

Setan sangat licik. Ia membuat suatu hal manusiawi untuk menghancurkan jiwa kita dengan membuat kita berpaling dari jalan Tuhan, “Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku, dan jangan membuat bagimu patung dalam bentuk apa pun.” Sekarang ini, Setan sedang berkeliling seperti singa mengaum untuk mencari orang yang dapat diterkamnya. Untuk melawannya, kita harus berjaga-jaga, berdiri dengan iman yang teguh. Kepalsuan diterima sebagai kebenaran karena hanya sedikit orang yang mempunyai iman yang tulus dan angkatan ini tidak ragu untuk mengikuti jalan yang bertentangan dengan Tuhan.

Sekarang kita harus menyelidiki berbagai macam kesaksian yang menerangkan tanggal 25 Desember bukanlah hari kelahiran Kristus Yesus, dan 25 Desember sudah dirayakan di Roma kuno sebagai hari kelahiran dewa matahari. Dan kita harus memulihkan kebenaran pada zaman ini di mana kesalahan berubah menjadi seperti kebenaran.

2. Bukti-Bukti dari Sejarah Gereja

Sejarah kekristenan memberi kesaksian bahwa Natal adalah sebuah perayaan paganisme yang dikristenkan, tetapi itu adalah budaya yang berasal dari yang menyembah berhala-berhala.

Natal

Perayaan pertama kali kelahiran Kristus pada tanggal 25 Desember dimulai sejak tahun 354 M, pada masa Bishop Liberus di Roma. Dan pada tahun 379 M, itu dirayakan di Konstantinopel dan kemudian menyebar sampai ke Mesir dan Palestina. Natal berasal dari Roma. Di Roma ada tiga perayaan besar yang diadakan tiap akhir Desember.

Yang pertama adalah Saturnalia (12-24 Desember), perayaan pada zaman Roma kuno untuk menghormati Saturnus dewa pertanian. Selama perayaan ini, semua masyarakat berpesta bersama, tanpa memandang kekayaan dan status sosial.

Yang kedua adalah perayaan Sigillaria (di akhir Desember). Selama perayaan ini mereka memberikan boneka kepada anak-anaknya untuk bermain dengan itu.

Yang ketiga adalah perayaan Brumalia, perayaan di akhir musim dingin untuk merayakan terbitnya kembali matahari.

Tetapi, karena orang Kristen tidak boleh ikut dalam perayaan-perayaan seperti itu, jadi mereka membuat perayaan mereka sendiri. Mereka berpikir bahwa sangat cocok pendapat mereka, bahwa Kristus lahir setelah matahari terbit. Jadi sejak saat itu, perayaan Natal dimulai sebagai perayaan kelahiran Kristus.

Buku sejarah yang lain menjelaskan asal mula Natal sama seperti tersebut di atas.

■ Natal―25 Desember

1. Dirayakan untuk pertama kali di Roma tahun 354, dan di Konstantinopel pada tahun 379

2. Asal usul: Tiga perayaan Roma

  1. Saturnalia (17-24 Desember): Perayaan Roma Kuno untuk Saturnus
  2. Sigillaria (di akhir Desember): Memberi boneka ke anak-anak untuk bermain dengan itu.
  3. Brumalia (perayaan titik balik matahari pada musim dingin): Merayakan terbitnya matahari, yang melaluinya orang Kristen mulai membuat perayaan sendiri.

Menurut fakta sejarah di atas, Natal tidak berhubungan dengan kelahiran Yesus. Jadi kita harus mengingat bahwa Natal adalah perayaan yang berasal dari hari raya Roma kuno yang menyembah dewa matahari yang kemudian diangkat menjadi budaya Kristen.

3. Bukti-Bukti dari Surat Kabar

Selain dari sejarah, beberapa surat kabar yang dicetak pada akhir-akhir ini juga membuktikan bahwa 25 Desember bukan hari kelahiran Yesus, tetapi hari kelahiran dewa matahari.

Di dalam majalah bulanan “Korea Hari Ini” yang dicetak pada Desember, 1985 (hlm. 67), memberitakan dengan berjudul “Hari Natal” sebagai berikut:

Hari Natal yang memperingatkan kelahiran Kristus merupakan pesta yang paling besar bagi agama Kristen. Tidak ada bukti bahwa Kristus dilahirkan pada hari itu, tetapi diketahui bahwa pesta yang merayakan kelahiran-Nya dimulai dari abad ke-3. Menurut kalendar Yunani, tanggal 25 Desember ditetapkan sebagai titik balik matahari musim dingin, yang dipercayai sebagai hari di mana matahari mulai menjadi kuat, dan hari itu dirayakan sebagai hari kelahiran matahari. Menurut kebudayaan penyembahan matahari, mulai merayakan hari kelahiran Kristus pada tanggal 25 Desember. Hari penyembahan Saturnus, dewa pertanian, dirayakan mulai dari tanggal 21 sampai tanggal 31 Desember, dan hari perayaan Mitra, dewa matahari juga jatuh pada tanggal 25 Desember.

Di buku yang berjudul, “Pemerintah Dunia Dan 666,” dicatat bahwa hari kelahiran Nimrod, contoh antikristus yang pertama dalam sejarah sudah dirayakan pada tanggal 25 Desember sebagai perayaan orang Roma, yaitu Saturnalia.

Dan dalam buku Hankook Ilbo, Joongang Ilbo dan Donga Ilbo pada tanggal 8 Desember 1970 dan Joongang Ilbo pada tanggal 24 Desember 1983 dilaporkan bahwa tanggal 25 Desember bukanlah hari kelahiran Yesus melainkan perayaan orang Roma untuk merayakan kelahiran dewa matahari, dan tanggal kelahiran Yesus yang sesungguhnya tidak diketahui.

Institut Franklin di AS juga meneliti masalah ini dan menyimpulkan bahwa kelahiran Yesus kemungkinan antara bulan Maret atau April, bukan bulan Desember.

Dan seorang pastor Katolik mengatakan, “Hari itu berasal dari budaya kafir yang menyembah dewa matahari,” ketika seorang wartawan menanyakan kepadanya tentang asal mula Natal pada saat misa Natal tengah malam di Katedral Myongdong pada 24 Desember 1989.

Walaupun ada banyak berita yang demikian, masih banyak orang belum menyadari apakah mereka sedang menyembah Tuhan atau dewa matahari karena mereka telah disesatkan oleh Setan yang membuat roh mereka tuli dan buta secara rohani.

4. Nasib Malang Penyembah Matahari dalam Alkitab

Yeh 8:14-18 『Lalu dibawa-Nya aku dekat pintu gerbang rumah TUHAN yang di sebelah utara, sungguh, di sana ada perempuan-perempuan yang menangisi dewa Tamus. Firman-Nya kepadaku: “Hai anak manusia, kaulihatkah apa yang mereka perbuat? Engkau masih akan melihat perbuatan-perbuatan kekejian yang lebih besar lagi dari pada ini.” Kemudian dibawa-Nya aku ke pelataran dalam rumah Tuhan; sungguh, dekat jalan masuk ke bait TUHAN, di antara balai Bait Suci dan mezbah ada kira-kira dua puluh lima orang laki-laki, yang membelakangi bait TUHAN dan menghadap ke sebelah timur sambil sujud pada matahari di sebelah timur. Lalu firman-Nya kepadaku: “Kaulihatkah itu, hai anak manusia? Perkara kecilkah itu bagi kaum Yehuda untuk melakukan perbuatan-perbuatan kekejian yang mereka lakukan di sini, bahwa mereka memenuhi tanah ini dengan kekerasan dan dengan itu terus menyakiti hati-Ku? Sungguh, mereka berkelakuan tak senonoh di hadapan-Ku. Oleh karena itu Aku akan membalas di dalam kemurkaan-Ku. Aku tidak akan merasa sayang dan tidak akan kenal belas kasihan. Dan kalaupun mereka berseru-seru kepada-Ku dengan suara yang nyaring, Aku tidak akan mendengarkan mereka.”』

Siapa yang akan peduli apabila seorang yang tidak percaya kepada Tuhan menyembah dewa matahari atau dewa yang dibuat dari kayu? Akan tetapi jika seorang yang percaya kepada Tuhan menyembah dewa matahari, menolak perintah Tuhan, yaitu “Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku,” “Jangan menyembah berhala,” betapa kejinya! Alkitab itu berkata bahwa perbuatan keji tersebut dilakukan di antara balai Bait Suci dan mezbah. Di manakah di antara balai Bait Suci dan mezbah? Di tempat beribadah, bukan? Mereka menyembah dewa matahari di gereja yang seharusnya didirikan untuk menyembah Tuhan. Betapa rusaknya! Setan sangat jenius menaruh jerat dan perangkap supaya tak seorang pun menyadari tipuannya. Jika penyembahan dewa matahari dapat disadari dengan sekejap mata siapakah yang akan pergi ke gereja tersebut untuk mencari Tuhan di sana? Tetapi untuk menipu banyak manusia, Setan menyembunyikan penyembahan dewa matahari bersama ajaran gereja. Ibadah hari Minggu dan Natal adalah upacara penyembahan matahari.

Seperti yang sudah dijelaskan di atas, Natal adalah perayaan budaya kafir yang dikristenkan yang berasal dari perayaan orang Roma untuk menyembah dewa matahari, dan itu adalah irisan percabulan rohani di mana kebenaran dicampuradukkan dengan kebohongan.

5. Ritual Penyembahan Matahari Selain Natal

Selain Natal, ibadah Minggu juga adalah injil palsu yang dipelihara di seluruh dunia dan berhubungan dengan penyembahan matahari.

Hari Minggu, yaitu Sunday memiliki arti hari matahari di mana orang Roma mempersembahkan korban dan menyembah dewa matahari mereka. Konstantinus kaisar Roma mengumumkan bahwa hari Minggu adalah hari resmi untuk menyembah sesuai undang-undang pada tahun 321 M, dan memerintahkan hari itu hari libur umum. Isinya tentang pengumuman hari Minggu hari libur sebagai berikut;

Semua hakim, penduduk kota dan ahli harus beristirahat pada hari yang patut dimuliakan untuk Matahari. Tetapi petani boleh bekerja tanpa halangan karena kadang-kadang hari itu bagus untuk menabur biji atau memanen hasil. (7 Maret 321M)

Karena Konstantinus menyebut hari Minggu “hari yang patut dimuliakan untuk matahari.” hari Minggu pastilah hari untuk menyembah dewa matahari. Di dalam Alkitab tidak ada satu ayat pun yang membenarkan pengudusan hari Minggu. Alkitab menyuruh kita untuk merayakan Sabat dengan kudus. Mengenai hal ini, sejarah Kristen menyaksikan:

Akan tetapi mungkin bukti yang paling penting dari kebijakan ini adalah dekrit 321 yaitu peraturan ibadah Minggu. Peraturan ini menjadikan Hari Tuhan disamakan derajatnya dengan ibadah penyembahan berhala dan menandainya dengan berhenti bekerja. Ini penting untuk diperhatikan, akan tetapi, hari itu dijelaskan bukan dengan sebutan Kristen akan tetapi dengan cara yang sederhana yaitu hari pemujaan matahari dan tidak ada penyembah berhala yang menentang itu.

Alkitab telah meramalkan melalui Nabi Daniel dalam penglihatan bahwa Setan akan mengucapkan perkataan yang menentang Tuhan dan mengubah waktu dan hukum Tuhan.

Dan 7:25 『Ia akan mengucapkan perkataan yang menentang Yang Mahatinggi, dan akan menganiaya orang-orang kudus milik Yang Mahatinggi; ia berusaha untuk mengubah waktu dan hukum (hukum Tuhan), dan mereka akan diserahkan ke dalam tangannya selama satu masa dan dua masa dan setengah masa.』

Ini adalah peringatan Tuhan bahwa Dia akan menjatuhkan hukuman berat tanpa belas kasihan atas mereka yang mengganti hukum kebenaran dengan peraturan mereka sendiri dan membenarkan itu dengan jalan pikiran yang salah serta mengubah hukum-Nya yang kudus menjadi hukum orang Roma, hukum bagi penyembah dewa matahari. Sebaliknya Tuhan memerintahkan memeteraikan pada dahi orang-orang yang merasa sedih dan susah karena segala perbuatan kekejian yaitu menyembah Setan dewa matahari, dan mengkhianati Tuhan. Tanda ini akan diberikan untuk menyelamatkan orang-orang kudus Tuhan pada hari penghakiman-Nya yang menimpa orang-orang yang menyembah dewa matahari sambil mengaku percaya kepada Tuhan.

Yeh 9:4-6 『Firman TUHAN kepadanya: “Berjalanlah dari tengah-tengah kota, yaitu Yerusalem dan tulislah huruf T [tanda, BIMK] pada dahi orang-orang yang berkeluh kesah karena segala perbuatan-perbuatan keji (menyembah dewa matahari) yang dilakukan di sana.” Dan kepada yang lain-lain aku mendengar Dia berfirman: “Ikutilah dia dari belakang melalui kota itu dan pukullah sampai mati! Janganlah merasa sayang dan jangan kenal belas kasihan. Orang-orang tua, teruna-teruna dan dara-dara, anak-anak kecil dan perempuan-perempuan, bunuh dan musnahkan! Tetapi semua orang yang ditandai dengan huruf T itu, jangan singgung! Dan mulailah dari tempat kudus-Ku!” Lalu mereka mulai dengan tua-tua (penatua) yang berada di hadapan Bait Suci.』

Yes 9:12-15 『Tetapi bangsa itu tidak kembali kepada Dia yang menghajarnya, dan mereka tidak mencari TUHAN semesta alam. Maka TUHAN mengerat dari Israel kepala dan ekor, batang dan ranting pada satu hari juga. Tua-tua dan orang yang terpandang, itulah kepala, dan nabi yang mengajarkan dusta, itulah ekor. Sebab orang-orang yang mengendalikan bangsa ini adalah penyesat, dan orang-orang yang dikendalikan mereka menjadi kacau [binasalah kelak mereka itu sekalian yang dipimpin olehnya, TB].』

Demikianlah, ibadah Minggu dan Natal yang berasal dari penyembahan dewa matahari adalah senjata Setan untuk melawan Tuhan. Dengan mengutus banyak nabi palsu, Setan telah menjauhkan orang-orang dari Alkitab, yaitu firman Tuhan dan merampas jiwa-jiwa yang terbelenggu kebingungan oleh kebohongan dari filsafat yang menipu dan penipuan manusiawi.

Namun apa pun yang tidak berasal dari Alkitab bukanlah ajaran Tuhan, meskipun itu kelihatannya masuk akal. Baik yang memberitakan ajaran yang salah bukan kabar keselamatan maupun yang mendengarkannya, dua-duanya akan dihukum. Sekarang kita harus mengikuti ajaran Tuhan, kebenaran hidup yang kekal yang menuntun kita ke sorga, berpalinglah dari tipu muslihat Setan seperti ibadah Minggu atau Natal karena hari penghakiman Tuhan sudah dekat.

Luk 6:46 『Mengapa kamu berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, padahal kamu tidak melakukan apa yang Aku katakan?』 Kita harus menyimpan firman Kristus ini dalam pikiran dan harus tetap menjadi orang-orang kudus kerajaan sorga yang mengikuti kebenaran hanya dengan cara taat pada perintah Tuhan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *